Ini Upaya Dinas SDA untuk Atasi Banjir Rob
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) terus mengakselerasi upaya jangka panjang untuk mengatasi ancaman banjir rob yang kerap melanda wilayah pesisir Jakarta.
"Peran warga juga sangat penting dalam menjaga infrastruktur pesisir, seperti tanggul,"
Salah satu langkah utama dan tengah dilakukan untuk mencegah air laut pasang meluap ke daratan yakni dengan pembangunan tanggul pengaman pantai melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A sepanjang 39 kilometer pada titik kritis.
“Program ini merupakan sinergi antara Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk melindungi wilayah pesisir dari ancaman rob,” ungkap Ika Agustin Ningrum, Plt Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Selasa (17/12).
Banjir Rob di 12 RT di Jakut - Kepulauan Seribu SurutIa mengatakan, selain pembangunan tanggul, Dinas SDA DKI Jakarta juga memperkuat sistem polder pengendali rob yang dilengkapi dengan bendung karet untuk menahan air laut agar tidak kembali meluap ke daratan.
“Program ini diharapkan mampu menahan air laut ketika fase pasang terjadi, terutama saat bulan purnama atau kondisi cuaca ekstrem,” katanya.
Ika menyampaikan, upaya lain yang tidak kalah penting adalah pengendalian penurunan muka tanah (land subsidence), dengan pembatasan penggunaan air tanah melalui kebijakan Zona Bebas Air Tanah yang akan diperluas di berbagai wilayah. Serta peningkatan jaringan perpipaan air bersih PAM agar masyarakat beralih dari penggunaan air tanah ke air bersih perpipaan.
“Kita harus mengurangi penggunaan air tanah karena penurunan muka tanah berkontribusi signifikan terhadap kerentanan wilayah pesisir terhadap banjir rob,” ucap Ika.
Selain itu, Dinas SDA DKI Jakarta juga tengah berkolaborasi dengan BMKG, Perguruan Tinggi serta SKPD terkait lainnya mengembangkan sistem pemantauan dan prediksi untuk memperkirakan potensi banjir rob serta mitigasinya.
Ia menjelaskan, penggunaan teknologi akan membantu memberikan peringatan dini kepada masyarakat sehingga mereka dapat mempersiapkan diri ketika terjadi ancaman rob.
“Selain itu, langkah berbasis alam seperti penanaman mangrove di kawasan pesisir terus diperluas dengan melibatkan pihak swasta dan perangkat daerah terkait,” ungkapnya.
Ika mengatakan, fenomena banjir rob yang terjadi beberapa waktu terakhir dipicu oleh pasang air laut akibat gravitasi bulan, bukan karena curah hujan tinggi.
“Saat fase bulan purnama atau bulan baru, pasang air laut mencapai titik maksimum dan meluap ke wilayah daratan rendah,” katanya.
Pemprov DKI Jakarta juga mengoptimalkan penggunaan pompa stasioner dan mobile untuk mengalirkan air ke laut, terutama di wilayah dengan topografi rendah atau di bawah permukaan laut, untuk mengatasi rob secara langsung. Upaya yang terus dilakukan yakni mengoptimalisasi saluran drainase agar air dapat mengalir dengan lancar.
Ia menjelaskan, durasi banjir rob bervariasi antara dua hingga enam jam, tergantung siklus pasang surut, topografi wilayah, dan kondisi cuaca.
Ika menambahkan, dengan berbagai upaya ini, Pemprov DKI Jakarta bertekad memperkuat infrastruktur, mitigasi dan partisipasi masyarakat untuk menghadapi tantangan banjir rob, serta menjaga ketahanan wilayah pesisir Jakarta dari dampak perubahan iklim dan penurunan muka tanah.
“Peran warga juga sangat penting dalam menjaga infrastruktur pesisir, seperti tanggul, serta mendukung kebijakan penggunaan air perpipaan untuk mengurangi eksploitasi air tanah,” tandasnya.